I.
Pengantar
Perkembangan bahasa arab dalam bidang sastra dari zaman Jahiliyah
hingga zaman modern berkembang pesat. Bahasa Arab sering disebut bahasa penyair,
dan Arab sendiri menganggap puisi menjadi esensi dari bahasa Arab (Ensiklopedia
Sastra Arab,1998:606). Namun pada perkembangannya di zaman modern ini yaitu
awal abad 19 sampai abad 20 banyak pengaruh luar yang mempengaruhi kesusastraan
dalam hal genre, dan tema.
II.
Pembahasan,
Puisi merupakan hal yang
begitu penting di kalangan sastrawan arab.
Sikap terhadap genre sastra puitis dapat dijelaskan dengan
mempertimbangkan warisan sastra yang diberikan pada orang-orang Arab. Mereka
memiliki hubungan yang kuat dengan penyair klasik dan bahkan puisi hari ini
adalah yang paling penting dan paling populer sastramedia di dunia Arab, dan
modus sastra yang paling mencerminkan rasa identitas pribadi, sejarah dan
nilai-nilai budaya "(Allen, 1998:217).
Puisi pra-Islam, dengan struktur tetap dalam bentuk meter dan
sajak, mengadakan pengaruh terhadap sastra Arab sampai abad ke-20. Selama Abad
Kegelapan disebut puisi Arab, serta literatur pada umumnya, masih tanpa
pengaruh baru merambah dunia Arab dan merupakan periode yang paling produktif dari
sejarah budaya Arab (Jayyusi, 1988:1).
Perubahan besar dalam dunia politik Arab abad ke-19 memiliki dampak yang besar
pada literatur dan tema serta pada bentuknya. Periode dimana sastra Arab mulai
berkembang lagi sering disebut alnahda - "Renaisans" dan secara
konvensional dibagi menjadi tiga bagian: neo-klasik, romantis dan modern
(DeYoung, 1998:151, Starkey, 2006:42).
Paruh kedua abad kedua puluh membawa kemerdekaan satu negara Arab
demi satu. Demokrat pemerintah dan Persatuan Arab, bagaimanapun, terbukti sulit
untuk dicapai. Penulis arab tak berkurang daya tariknya dengan barat tetapi
mereka merasa lebih bertanggung jawab atas nasib masyarakat mereka. Oleh karena
itu mereka menyimpan tertarik mata pada ideologi politik Barat dan model
sastra, namun menerapkannya lebih dan lebih ngotot untuk masalah mereka
sendiri. Dengan ini garis besar dari keprihatinan berkembang dari Elite baru dalam
pikiran, satu sekarang dapat beralih ke produksi sastra yang sebenarnya. (Cachia,
2002:127).
Sastrawan yang muncul di awal abad kedua puluh, seperti Thaha
husayn dan al-Aqqa d (1889-1964}
mendapatkan reputasi mereka sebagai inovator. Mereka tidak mengkhususkan diri
dalam salah satu genre; dan karena pembaca melek huruf begitu sedikit di Mesir yang
pada tahun 1927 naik menjadi hanya 17% dan menjadi antara 25% dan 30% di
pertengahan abad. Mereka juga harus
produktif jika ingin mempertahankan diri mereka sebagai para sastrawan. Jadi Thaha
Husayn, yang pada satu waktu berpendapat bahwa Mesir adalah bukan negara Oriental
tetapi negara Mediterania , menghasilkan hampir 1.500 artikel, beberapa
terjemahan, dan enam puluh enam buku asli yang meliputi studi sastra, novel, cerita
singkat, sejarah, dan karya pendidikan. (Cachia, 2002:131)
III.
Penutup
Sastra arab di zaman modern mengalami perkembangan yang luar biasa
dari segi genre maupun tema. Para sastrawan juga banyak terpengaruh gaya asing
walaupun tetap mempertahankan ideology mereka masing-masing.
IV. Daftar Pustaka
Allen, Roger. 1998. The Arabic Literary Heritage .
Cambridge: Cambridge University Press.
Cachia, Pierre. 2002, ARABIC LITERATURE –AN OVERVIEW. London:
New Fetter Lane.
DeYoung, Terri. 1998. Placing the poet - Badr Shākir al-Sayyāb
and Postcolonial Iraq. New York: State University of New York Press.
Jayyusi, Salma Khadra (ed.). 1988. Modern Arabic Poetry. New
York: Columbia University Press
Meisami, Julie Scott & Starkey, Paul. 1998. Encyclopedia of
Arabic Literature, vol.I-II, London : Routledge.
(Tugas Kritik Sastra Arab)
No comments:
Post a Comment